Rabu, 15 Desember 2010

Sahabat Rasulullah sallallahu 'alahi wa sallam

Satu Sisi Kehidupan
Bilal bin Rabah Rodiallahuanhu


Dia adalah salah satu puncak tinggi yang menjulang dari puncak-puncak para sahabat Rasulullah Saw yang tinggi. Dia adalah Bilal bin Rabah radiallahuanhu. Tidaklah kita mengumandangkan adzan hingga hari ini kecuali kita mengingat Bilal radiallahuanhu.
Di saat Nabi saw diutus, usianya adalah 30 tahun. Dia 10 tahun lebih muda dari Rasulullah saw. Dia telah mendapatkan siksaan dahsyat, yang tidah ada seorang pun di antara kaum muslimin pernah mendapatkannya. Hal itu terjadi karena dia adalah seorang budak hitam miskin yang tidak ada seorang pun sudi melindunginya, atau juga tidak ada satu keluargapun yang membelanya.
Mereka orang-orang kafir Qiraisy, di saat panas semakin membara, matahari telah berada si tengah-tengah langit, seta kerikil-kerikil Mekah telah panas luar biasa, mereka melepaskan pakaian Bilal dan memberinya pakaian besi kemudoian melemparnya di terik sinar matahari yang membakar. Mereka bakar punggungnya dengan cemeti seraya berkata, “Kufrlah kamu dengan Tuhannya Muhammad.” Maka Bilal pun menjawab, “Ahad-ahad (Allah Maha Esa-Allah Maha Esa ).” Orang yang mengurusi penyiksaannya adalah Umayyah bin Kholaf. Dia meletakkan batu besar di atas dada Bilal, namun Bilal hanya mengatakan, “Ahad-ahad,” oreang-orang kafir tersebut berkata,”cacilah Muhammad, kami akan tinggalkan kamu,” Bilal menjawab, “sesungguhnya lisanku tidak mampu melakukannya,” maka mereka pun semakin menambah siksaan padanya. Bilal tetap berkata, “Ahad Ahad .” sesunguhnya orang yang memperhatikan kisah ini , pastilah ia akan bertanya kepada dirinya sendiri, “apa yang terjadi seandainya pada tempatnya? Bukankah kita merasaklan nikmat Allah telah banyak dilmpahkan atas kita, dan bahwa kita telah dilahirkan sebagai orang-orang muslim tanpa adanya penyiksaan?”
Ya Allah, segala puji adalah MilikMu atas nikmat islam ini. Tatkala Abi Bakar As- Siddiq melihat kondisinya yang demikian , dia Pun membelinya kemudian memerdekakannya. Nabi berhijrah, dan Bilal pun berhijrah ke Madinah. Mesjid Madinah di bangin dan adzan pun disyariatkan. Nabi pun memilih Bilal untuk Adzan, karena Suaranya yang tinggi. Jadilah Bilal menjadi muadzin selama sepuluh tahun penuh.
Pada hari peneklukan kota Makkah, Nabi berkeinginan lebih banyak untuk memuliakan Bilal. Tatkala Ka’bah dibuka agar di masuki oleh Rasulullah saw, sahabat besar seperti Abu Bakar radiallahuanhu dan Umar radiallahuanhu tidak menyertai Beliau untuk memasukinya, namun yang menyrtai beliau adalah Bilal. Liahatlah kepada seberkas kenabian ini yang semuanya adalah pemenuhan hak dan pemuliaan serta pemberian pengajaran kepada manusia bagaimana mereka bermuamalah dengan orang yang lebih lemah, faqir dan yang lebih berhak dikasihani kondisinya dari mereka. Umar faham dengan apa yang diperbuat Nabi dia berkata, “Abu Bakar radiallahuanhu adalah sayyid (penghulu) kami dan dia telah membebaskan sayyid kami.” Yang dia maksud adalah Bilal.
Pada suatu hari, Nabi bersabda kepada Bilal, “Tunjukkan kepadku amalmu, sesungguhynya aku telah mendengar suara lamhkah kedua sandalmu di sorga.” Maka Bilal menjawab. “Wahai Rasulullah saw, tidaklah aku berhadats,dan batal wudhuku kecuali aku pun berwudhu, dan tidaklah aku berwudhu kecuali kemudian aku shalat dua rakaat.” Maka wudhu adalah senjata seorang mukmin yang tidak akan diantinggal =kan selamanya.
Bersamaan dengan itu semua, Bilal bin Rabah tidak pernah mendengar kalimat-kalimat pujian dihadapkan kepadanya kecuali dia tundukkan kepalanya, kemudian dia tundukkan pula pandangan matanya seraya berkata sambil air matanya bercucuran dari kedua pelupuk matanya, “Sesungguhnya aku adalah seorang Habsy, dulu aku hanya seorng budak”
Pada suatu hari dia pergi untuk melamar dua orang istri bagi darinya dan saudaranya, dia berkata kepada ayah dua wanita tersebut : “Aku adalah Bilal dan ini adalah saudaraku, dua orang budak dari Habasyah.” Dulu kami tersesat kemudian Allah SWT memberikan hidayah kepada kami. Dulu kami adalah dua orang budak kemudian Allah membebaskan kami berdua. Jika kalian menikahkan kami, maka alhamdulillah, jika kalian menolak kami, maka Allah adalah Dzat Yang Maha Besar
Sepeninggal Nabi, Bilal pergi kepada Abu Bakar radiallahuanhu seraya berkata kepadanya, “Wahai khalifah Rasulullah saw, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,’ Sesungguhnya amal seorang mukmin yang paling utama adalah jihad di jalan Allah’ Abu Bakar radiallahuanhu berkata kepadanya, “Apa yang kamu inginkan Bilal?”
Dia menjawab, “aku ingin ribath (jihad, dengan menjaga garis perbatasan dengan musuh) hingga aku meninggal.” Abu Bakar radiallahuanhu menjawab , “Lalu siapakah yang adzan untuk kami?” Bilal berkata, sementara kedua matanya berlinangan air mata, “sesungguhnya aku tidak adzan untuk siapapun sepeninggal Rasulullah saw...” Abu Bakar radiallahuanhu berkata, “tapi tetap tinggallah, dan adzanlah untuk kami wahai Bilal.”
Bilal menjawab, “Jika dulu engkau membebaskan aku agar aku menjadi milikmu, maka terpenuhilah apa yang engkau inginkan,dan jika engkau membebaskan aku karena Allah, maka biarkanlah aku dan apa yang kamu bebaskan karena Allah.”
Abu Bakar radiallahuanhu menjawab, “bahkan aku membebaskanmu karena Allah, wahai Bilal”
Pergilah Bilal ke Syam dan tinggal disana sebagai orang yang melakukan ribath dan seorang mujahid di jalan Allah.
Dia berkata tentng dirinya sendiri : “Aku tidak kuasa untuk tinggal di Madinah setelah wafatnya Rasulullah saw.”
Jika dia ingin adzan dan sampai pada lafazh “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” air matanya menahan tenggorokannya, dan dia pu menangis. Maka dia pun tetap tinggal di syam dan pergi bersama mujahid.

Di saat Amirul Mukminin Umar bin al- Khaththab radiallahuanhu berziarah ke syam, kaum muslimin mendesak kepadanya agar meminta Bilal untuk adzan bagi mereka satu shalat saja.
Amirul mukminin pun memanggil Bilal, sementara saat itu telah masuk waktu shalat, maka Umar mengharap agar Bilal adzan bagi mereka.
Bilal pun naik dan adzan.....!

Maka menangislah para sahabat yang dulu pernah menjumpai Rasulullah saw saat Bilal adzan. Mereka menangis separti sama sekali belum pernah menangis sebelumnya, dan Umar adalah yang paling keras tangisannya.
Di saat kematiannya, istrinya manangis di sebelahnya, maka Bilal pun berkata, “Janganlah kamu menangis, besok kita akan bertemu ‘sang kekasih’ Muhammad, dan para sahabatnya.”
Bilal meninggal di Syam tahun ke-20 H. Sebagai seorang murabtih di jalan Allah sebagaimana yang dia inginkan, pada usia 60 tahun.
Mudah-mudahan Allah meridhai engkau wahai muadzdzin Rasulullah saw. kami memohon kepada Allah agar kami termasuk orang yang bisa bertemu dengan ‘sang kekasih’ Muhammad saw. dan para sahabatnya. Ya Allah pertemukanlah kami bersama dengan mereka semuanya, dan janganlah Engkau haramkan karunia-Mu dari kami wahai Rabb kami, wahai Dzat Yang Maha Mengasihi, lagi Dzat Yang Maha Menyayangi. (AR)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar